“The creative adult is the child
who has survived.”― Ursula K. Le Guin
Suatu hari Tarzan mendengar suara
asing melebihi kekuatan peluru yang gaungnya berlangsung hanya sepersekian
detik. DUARR!! Ternyata itu Clayton seorang pemburu yang baru saja melemparkan
granat persis ke dekatnya. Ia di sewa untuk melindungi Profesor Porter dan anak
gadisnya Jane yang sedang mengumpulkan riset di hutan. Tarzan yang merasa
terusik segera mendatangi Clayton ternyata telah pergi meninggalkan jejak. Namun
Tarzan tidak tinggal diam, lantas mengejarnya, kemudian terhenti karena
mendengar suara jeritan seorang perempuan di ujung hutan. Tampaklah keluarga
Babun yang marah dan menyerang Jane yang tidak punya benteng perlawanan.
“Apa yang baru saja terjadi?” Tarzan
bertanya ketika ia telah menyelamatkan Jane dan membawanya ke tempat yang aman.
Napas Jane terengah, belum diatur sepenuhnya. Setelah stabil ia menjawab “Aku
baru saja melihat bayi Babun dan menggambarnya di sini.” Lantas Jane menunjuk komputer
tablet buatan Apple Inc ditangannya yang masih utuh.
“Lalu mengapa kau diserang?” tanya
Tarzan.
“Bayi Babun yang melihat, langsung
merampasnya karena ia sangat menyukai desain itu. Tidak mungkin aku
memberikannya begitu saja.” Tentu Tarzan semakin bingung.
![]() |
Desain Babon oleh Jane |
“Bayi Babun itu menangis sejadinya,
lantas keluarganya menjadi marah.“ Jane melanjutkan.
“HAHAHAHA” Tarzan tertawa lepas
mendengar kalimat penutup Jane. Wajah Jane menyiratkan sebuah pertanyaan “Apa
yang lucu?”
“Untuk apa kau mendesain gambar bayi
Babun? Kenapa tidak aku saja?” Tarzan malah balik bertanya. Bukannya dijawab,
Jane justru menarik lengan Tarzan untuk segera pergi dan menghampiri tendanya
yang berjarak 300 meter dari tempatnya saat itu.
“Hai ayah.” Jane menyapa ayahnya yang
sedang sibuk melakukan riset, lalu mengambil laptopnya dari dalam tenda. Tarzan
yang asing dengan keberadaan kedua ‘orang kota’ itu terpaku. Jane menunjukkan
desain grafisnya dalam laptop yang baru-baru ini selesai dikerjakan. “Apa ini,”
batin Tarzan.
Seperti bisa membaca gelagat Tarzan
yang kebingungan, Jane mengawali “Aku dan ayahku ke sini sedang meneliti jenis
mamalia, karenanya aku membuat desain ini.”
“Oh ya, aku seorang blogger SEO, dan
ini penting untuk dijadikan konten kreatif di tengah dunia digital yang sedang
berkembang.” Jane melanjutkan.
“Sedang apa kau Jane?” Ayahnya yang
masih berkutat dengan atribut elektronik lengkap itu ternyata belum menyadari
keberadaan Tarzan sedari tadi.
“Ayah, ini Tarzan. Ia yang
menyelamatkanku dari serangan Babun tadi.”
Sementara Jane mengenalkan, Tarzan
justru sibuk mengutak-atik Portable
Electric Genset di sisinya. “Haha! Itu untuk menyalakan alat elektronik di
sini, Tarzan, belum ada listrik yang memadai.” Jelas saja, Tarzan makin heran, wajahnya
menyiratkan penasaran.
Ketika mereka bertiga asik berbincang
soal desain grafis yang membawa Tarzan untuk mengetahui lebih banyak, Clayton
datang secara mengejutkan. Disodorkan ujung senapannya ke arah Tarzan, “Heei
siapa kau berani-beraninya mendekati profesor?! Kalian cepat masuk ke tenda!” Perintah
Clayton sok tahu.
“Apa ini Clayton, turunkan senapanmu!” Ayah Jane menatap
tajam ke pemburu licik itu. Tarzan hanya diam, lalu kembali fokus pada
penjelasan Jane dan ceritanya.
“Banyak blogger yang mengupayakan
tulisannya dengan menambah desain agar lebih menarik. Aku sendiri punya versi
berbeda untuk memperkaya tulisan, walaupun tidak juga lebih baik dari mereka.”
Ungkap Jane merendah, padahal desain yang ditunjukkannya memiliki kualitas di
atas rata-rata.
Profesor Porter selaku guru besar di Savannah
College of Arts and Design (SCAD), Georgia, menimpali “Dengan fungsinya untuk
mengkomunikasikan berbagai pesan melalui medium visual, desain grafis sudah
berperan dalam membentuk pola interaksi dalam kehidupan masyarakat. Jejaknya
lekat dengan konteks masyarakatnya.”
“Ayah...” Jane mencoba mengingatkan
ayahnya.
Profesor Porter yang sedang asik
mengakumulasi data statistik melanjutkan, “Dengan memahami keterkaitannya dari
masa ke masa, kita tak hanya mempelajari perjalanan desain grafis itu sendiri,
melainkankan juga seluruh unsur-unsur di luar dirinya yang saling terkait satu
sama lain.”
“Ayah, Tarzan tidak akan mengerti
itu, tolonglah.” Ujar Jane mengeluh.
Kali ini Tarzan tidak hanya bengong,
tapi ia mengamati setiap kalimat ayah Jane lekat-lekat.
Ketika dirasa Jane penjelasan ayahnya
begitu berat untuk dicerna langsung oleh Tarzan, lantas ia segera mengalihkan
perhatian ke layar di iPad miliknya.
“Nah, untuk bisa menghasilkan konten
dengan tampilan visual yang kreatif, tentu butuh proses, Tarzan. Dengan
mengemas poin penting dalam tulisan agar tidak monoton, maka aku jadikan ke
dalam satu desain menarik. Selain mempermudah, ini juga efektif supaya pembaca
tidak melewatkan poin penting yang disampaikan.” Jelas Jane panjang lebar.
Untuk pertama kalinya, Tarzan
berkomentar, “Efektif?”
“Tidak memakan waktu banyak,” Ayah
Jane menjawab. Seakan kena sindiran, Jane menghela napas, mengernyitkan kening.
Tarzan bertanya lagi “Lalu itu apa?” sambil menunjuk gambar yang bergerak di
layar.
“Oh ya, itu animasi. Aku selalu suka animasi. Beberapa kali
tulisanku yang pernah dipublish, ada animasi ditambahkan supaya terlihat lebih
cantik,” kata Jane menjelaskan.
“Cantik? Seperti kamu dong?” Wajah
Jane merona, ia yakin Tarzan jujur memuji. Demi membuyarkan situasi yang
canggung, Jane kembali pada ceritanya.
Tarzan dibesarkan di dalam hutan, ia tidak
mengenal digital sejak kecil, terlebih desain visual. Tidak ada yang pernah
tahu apa passion yang ia miliki,
namun ketertarikannya semakin terlihat ketika Jane kembali menunjukkan
karya-karyanya.
“Kau tau, ini didesain sesaat sebelum
aku bertemu Bayi Babun tadi,”
“Tantor dan Terk?” Kata Tarzan kaget.
“Kau mengenalnya?” Jane bertanya.
“Tentu saja! Itu temanku. Kenapa bisa
terlihat persis dengan aslinya? Ku kira mereka masuk ke dalam layar.”
Pertanyaan Tarzan yang konyol lantas membuat Jane tertawa terbahak.
“Tentu tidak Tarzan, proses desain
pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan aspek lainnya, yang
biasanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming maupun dari desain
yang sudah ada sebelumnya.” Tarzan memiringkan kepalanya, tampak berusaha
menerjemahkan kalimat Jane.
“Ahahaha, tak perlu dipikirkan. Eh
iya, lusa kami akan ke Indonesia. Aku akan menemui Yolanda Santosa dalam
workshopnya soal branding dan motion graphic. Beliau sukses dengan debutnya di
film box office, The Hulk. Dan aku ingin mengajaknya kerjasama soal desain Bayi
Babun ini. Menarik kan?” Pertanyaan Jane hanya dibalas dua kali anggukan oleh
Tarzan. Tentu ia tidak memahami sepenuhnya, tapi ia penasaran. “Indonesia?”
“Ya, berdasarkan data 99designs.com, laman
pasar desain grafis terbesar di dunia yang bermarkas di Amerika Serikat, saat
ini tercatat lebih dari 225.000 desainer dari 192 negara yang menjadi anggota.
Dan yang mengagumkan, sekitar 17.000 di antaranya berasal dari Indonesia.”
“Danton Sihombing itu mahasiswa saya.
Ia baru saja menyandang gelar master bidang desain grafis dan pernah berkarya
di sejumlah perusahaan dunia seperti Allied Graphic Arts (AGA), New York City.”
Celetuk ayah Jane yang ternyata mengikuti pembicaraan mereka dari awal.
“Kenapa harus Indonesia?” Tanya
Tarzan ringkas.
“Tentu saja. Banyak desainer grafis
Indonesia sudah menancapkan panahnya di pasar industri kreatif. Kiprah itu
membuktikan bahwa kualitas mereka sangat mumpuni di dunia.” Tambah Profesor
Porter serius.
“Belum lagi dengan Christiawan Lie.
Kabarnya ia berhasil menembus industri komik mainstream AS. Bayangkan saja,
sudah ada 40 komik yang diterjemahkan ke berbagai bahasa dan 25 tokoh karakter
komik.” Profesor Porter begitu semangat menceritakan.
“Apa kau bisa mengajariku tuan?
Barang sedikit saja, sepertinya asik untuk dipelajari.” Tarzan memberanikan
diri bertanya.
“Oh tentu saja. Kemarilah.” Ajak ayah
Jane mengajari.
Jane yang memperhatikan hanya
senyum-senyum sendiri, ia senang karena tampaknya sang ayah menerima dengan
baik Tarzan yang ingin belajar.
Di sisi lain, Jane tampak sedang
mengedit video untuk menambah penjelasan materi di blognya. Tentu saja agar
terbayang oleh pembaca, apalagi banyak pengunjung di blog Jane yang suka menonton. Jika sedang di
internet area, Jane kerap mengunjungi situs freepik.com yang isinya
template-template unik untuk desain.
“Tarzan, bagaimana kalau kau ikut ke
Indonesia?” Ujar profesor mengejutkan Jane, juga Tarzan. Tawaran tersebut
semata-mata bukan ajakan biasa, profesor menilai kalau Tarzan memiliki
ketertarikan dan passion di bidang
desain grafis.
“Kau bisa belajar banyak di sana. Ada
kursus Graphic Design DUMET School yang akan mengajarimu mendesain logo, brosur,
majalah, dan lain-lain.” Jelas profesor meyakinkan.
“Tentu dengan kelas pembelajaran yang
tak kalah menarik seperti Photoshop, Illustrator, InDesign, dan Flash. Cocok
sekali untukmu yang masih pemula.” Tambahnya.
“Oh ya?!” Tarzan tampak tertarik.
“Lantas bagaimana dengan Kerchak,
Ibu, Tantor dan Terk?” Tarzan tentu khawatir.
“Tarzan, di sana kau akan mengenal
teknologi dan menemukan jati dirimu, percayalah.” Kalimat Jane mulai mengusik
pikiran dan hatinya.
“Dan industri telekomunikasi saat ini
tengah menghadapi tantangan yang signifikan. Pasar yang terus berubah berdampak
terhadap meledaknya pengguna data internet, yang ternyata tidak menghasilkan
pendapatan. Berita baiknya, ada peluang bisnis baru yang bisa dimanfaatkan,
kita bisa menjadi partner, Tarzan. Membangun website berbasis commerce misalnya.”
Bujuk Jane dengan teorinya yang bikin Tarzan terdiam karena bingung.
“Jane...”
Kali ini ayah Jane yang mengingatkan.
Perkembangan
Dunia Digital di Indonesia
Berdasarkan riset We Are Social dan
Hootsuite 2017, Terdapat 132.7 juta pengguna aktif internet di Indonesia tumbuh
51 persen dalam kurun waktu satu tahun. Angka ini merupakan yang terbesar di
dunia, bahkan jauh melebihi pertumbuhan rata-rata global yang hanya 10 persen.
Di posisi kedua dan ketiga adalah Filipina dan Meksiko, keduanya memiliki angka
pertumbuhan sebesar 27 persen.
![]() |
Source: Kunjungi laman |
Di sisi lain, pengguna smartphone di
Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia, yakni setelah Cina,
India, dan Amerika Serikat. Tingginya pertumbuhan pengguna internet tersebut
merupakan potensi yang baik untuk kemajuan ekonomi digital Indonesia.
Pertumbuhan pengguna internet juga berimbas pada peningkatan bisnis e-commerce
dan bisnis online lainnya. Dunia digital akan bisa menjadi game changer karena 50 persen pemegang ponsel bisa mengakses
aplikasi. Hal ini tentunya dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja yang dapat
menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
![]() |
Source: Kunjungi laman |
Memulai Bisnis dengan Desain Grafis
Berbicara soal bisnis online, teknologi
digital sangat luas cakupannya, termasuk penyediaan jasa desain grafis. Demand yang
tinggi disebabkan oleh promosi produk yang membutuhkan tampilan menarik dan
ditunjang dengan tools computer yang semakin
canggih. Dengan memanfaatkan pertumbuhan internet, bisnis ini bisa dimulai
dengan memasarkannya di beberapa marketplace yang ada di Indonesia, seperti
Sribulancer, 99designs, dan Fiverr.
![]() |
Source: Kunjungi laman |
Dalam hal ini kemampuan marketing
dibutuhkan untuk memasarkan jasa desain grafis agar mudah ditemukan oleh orang
lain. Selain marketplace, media
sosial dapat dijadikan wadah pendukung seperti seperti Website, Facebook,
Instagram, Google Plus, Linkedin, dan lain-lain. Walau peluang berbisnis online
melalui desain grafis terbilang cukup besar, ada langkah-langkah untuk persiapan
awal yang harus dilakukan, diantaranya yaitu:
1.
Skill Desain
Tidak dapat dipungkiri bahwa,
keahlian dalam menggunakan program dan perangka lunak yang berhubungan erat
dengan dunia desain grafis adalah modal utama dalam menjalankan usaha. Beberapa
program pengolah grafis yang paling sering digunakan ialah Adobe Illustrator,
Beneba Canvas, CorelDraw, Macromedia Freehand, Metacreations Expression, Adobe
Photoshop, Corel Photo Paint, Macromedia Xres, Metacreations Painter, dan
sebagainya.
2.
Update Tren
Permintaan pelanggan dengan
detil-detil desain yang rumit adalah hal yang sangat subjektif. Dunia digital
akan membawa masyarakat pada selera desain yang semakin sulit. Untuk itu, perbaharui
dan perdalam pengetahuan mengenai tren terbaru dalam dunia desain grafis. Hal
ini dilakukan agar tingkat kreativitas yang tinggi akan menjadi nilai plus,
ditambah jika memberikan sebuah terobosan baru (menjadi trend setter).
3.
Komunikasi Interpesonal
Kemampuan komunikasi interpersonal
yang baik diperlukan untuk mempromosikan diri sendiri. Saat bernegosiasi
(karena tidak ada patokan pasti mengenai tinggi rendahnya harga suatu layanan
desainer grafis), maka kita dapat menggunakan kemampuan ini untuk mendapatkan profit.
![]() |
Memulai Desain Grafis? |
What You See Is What You Get
Seorang desainer grafis pasti
memikirkan elemen seperti foto, font, warna, bentuk, ilustrasi, tekstur untuk mengekpresikan
melalui teknologi dan menyampaikan pesan di beragam media, seperti majalah atau
iklan. Siapa pemikir kreatif dibalik penempatan sebuah gambar? Tentu Desainer
Tata Letak. Siapa yang bekerja dengan seni digital atau tinta dalam menyampaikan
sebuah cerita? Pastinya Ilustrator. Lantas, siapa yang bikin kita betah
berselancar di internet karena efeknya yang menarik? Dialah Desainer Flash.
Tanpanya sebuah website hanya surat kabar tempo dulu yang dibiarkan berlipat. Pengaruh
para komunikator kreatif saat ini sangat besar, mereka adalah seniman yang memperindah
atau menyempurnakan sebuah gambar untuk hasil yang maksimal dalam penyampaian
pesan maupun visual.
![]() |
Apa yang kamu lihat itu juga yang kamu dapatkan, lihatlah yang baik-baik, maka kamu akan mendapat yang baik pula |
Eh tapi jangan salah, desain grafis
tidak melulu soal iklan, brosur, desain kemasan produk, dan sebagainya. Desain
grafis merupakan yang menjadi produk jasa unggulan berada dalam klasifikasi
khusus yaitu kemampuan membangun hasil cetak grafika yang WYSIWYG (what you see is what
you get) dengan didukung oleh metode kalibrasi menggunakan platform
komputer mac dan windows. Kegunaan produk grafika dengan teknologi ini adalah
untuk expo produk dengan corak visual yang khas seperti brosur marmer atau batu
alam, katalog lukisan, dan fungsi – fungsi lainnya yang membutuhkan ketepatan
warna tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Fungsi
produk ini adalah untuk melakukan manajemen produk barang yang biasanya akan
dikirim ke pasar luar seperti kerajinan dan karya seni. Teknologi barcoding dan tagging yang ada telah digunakan oleh hampir seluruh trading company berorientasi ekspor di
Indonesia dalam kurun waktu lebih dari 17 tahun.
Kesimpulan
Indonesia
bisa mengambil manfaat dari perkembangan dunia digital saat ini. Lima tahun
lalu perkembangan bisnis digital masih minim, namun saat ini terbukti
masyarakat sudah familiar dengan internet. Bagi Raymond Siva, CEO Edelman
Indonesia, korporasi kini harus menjemput konsumen dengan layanan digital, tidak
sekadar menunggu konsumen. Dengan tingkat produk domestik bruto (PDB) dan
jumlah penduduk yang terbesar di kawasan ASEAN, pasar e-commerce Indonesia
berpeluang untuk tumbuh semakin besar. Pentingnya perkembangan digital bagi
perekonomian Indonesia ini menjadi salah satu bahasan dalam “Indonesia Summit
2016”, tak hanya bagaimana bisnis itu berkembang, tetapi mengubah model bisnis
di Indonesia untuk terus tumbuh. Desain grafis tentu berperan penting menjadi
salah satu faktor untuk mempertahankan pertumbuhan bisnis di Indonesia.
Setelah mantap dengan peluang desain
grafis dalam perkembangan dunia digital di Indonesia saat ini, Tarzan akhirnya memutuskan
ikut bersama Profesor Porter dan Jane. Ini dilakukannya demi mengejar passion.
*END*
Data
Pendukung:
www.hotcourses.co.id
bpptik.kominfo.go.id
databoks.katadata.co.id
www.dumetschool.com
bagusss bangeet desain grafis yg dibuat sama janee. lucuu :)
BalasHapussepakaat banget kalau desain grafis membuat blog lebih hdp dan berbiara :) jd makin semangaat belajar desain grafis hehehe. . . penasaran juga pengen ikut kurus desain grafis di dumet tp jauhh di jakartaa. coba kalau d sbya pasti cobain free trialnyaa
.hehehe